Gratis Buku Motivasi "Menggali Berlian di Kebun Sendiri", Klik Disini Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan -->

Featured Posts

BENARKAH TELUR DADAR BISA SEBABKAN KANKER DAN DIABETES?

Telur dadar. (Foto: Shutterstock)

Pendapat bahwa olahan telur dadar dapat menyebabkan kanker dan diabetes yang tayang di podcast Kasisolusi membuat bingung pemirsanya. Ahli gizi dari IPB menyebut butuh pembuktian melalui uji klinis. Bagaimana sebenarnya?

Pertengahan Februari lalu, jagad media TikTok dihebohkan dengan pernyataan narasumber sebuah tayangan podcast yang menyebut telur dadar bisa sebabkan kanker dan diabetes. Dalam podcast Kasisolusi yang tayang pada Kamis (8/2/2024), Iwan Benny Purwowidodo, founder Konsep Karnus, mengatakan bahwa telur yang didadar dapat menyebabkan kanker dan diabetes.

Dalam tayangan podcast tersebut, Iwan menjelaskan di dalam telur terdapat zat biotin dan avidin. Biotin dibutuhkan tubuh untuk mengubah asam lemak dari minyak dalam kuning telur. Jika putih dan kuning telur mentah dicampur, biotin akan diikat oleh avidin yang terdapat dalam putih telur. Ini menyebabkan biotin tidak dapat berfungsi, begitu ulasan narasumber dalam podcast ini.

Dalam kajian sains, biotin adalah vitamin B yang larut dalam air. Biotin yang juga dikenal sebagai vitamin B7, terlibat dalam produksi glukosa dan asam lemak sehingga penting bagi tubuh. Menurut artikel dalam Jurnal Encyclopedia of Cell Biology tahun 2023, kekurangan biotin dapat terjadi pada orang yang mengonsumsi telur mentah (enam telur per hari) selama berbulan-bulan.

Ketika tubuh kekurangan biotin dan asam lemak masuk dalam darah, maka akan terjadi oksidasi parsial. Akibatnya, muncullah senyawa disebut malondialdehid, yang akan merampas elektron di DNA dan RNA, sehingga terjadi risiko kanker.

Kemudian, jika asam lemak macet akibat tubuh kekurangan biotin, kemudian berinteraksi oksigen dalam darah, penyumbatan dapat terjadi. Menurut Iwan, penyumbatan akan menutupi reseptor insulin, sehingga dapat menyebabkan diabetes.

Dengan demikian, Iwan berpendapat bahwa telur sebaiknya tidak diolah dengan cara didadar untuk mencegah risiko kanker dan diabetes, sebagaimana yang ia jelaskan.

Ulasan ini bukan hanya membuat orang yang menyimak tayangan tersebut jadi bingung, tapi juga bertanya-tanya apakah ini benar atau malah menyesatkan. Jika ini benar, bisa jadi orang akan beripikir ulang kalau mau mengonsumsi telur dadar. Tetapi jika ulasan dalam tayangan podcast ini hanya kajian teori saja, tanpa ada uji klinis yang akurat, maka para ahli nutrisi perlu angkat bicara.

Sebab, isu soal olahan makanan yang dinilai berbahaya melalui media sosial sangat rentan dijadikan referensi pembaca untuk dipercayai. Tak menutup kemungkinan kalau sampai viral dan diyakini kebenaran informasinya, bisa jadi orang akan berhenti total makan telur dadar yang sangat nikmat. Efek bisnisnya, para pemilik warteg dan warung padang akan berhenti menyediakan menu telur dadar gara-gara pembeli takut untuk mengonsumsinya.

Butuh Pembuktian
Menurut ahli gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Ali Khomsan, teori yang disampaikan narasumber dalam podcast tersebut masih merupakan kajian teoritis. Belum ada kajian klinis, apalagi epidemiologis yang membuktikan bahwa mereka yang mengonsumsi telur dadar rentan kanker dan penyakit lainnya.

“Untuk membuktikan hal tersebut benar atau tidak, maka narasumber sebaiknya menunjukkan uji pada hewan sebagai pra klinis dan melakukan survei epidemiologis pada orang-orang yang suka mendadar telur versus yang suka merebus telur. Ini pembuktian yang sangat panjang jalannya. Untuk sementara saya tetap ndadar telur,” ujarnya kepada Infovet.

Konsumsi telur ayam sangat dianjurkan untuk semua kalangan, baik anak-anak maupun orang dewasa. Sebab, telur merupakan sumber protein dan kandungan gizi lainnya yang tinggi dengan harga terjangkau bagi masyarakat.

Dalam perbicangan dengan Infovet sebelumnya, Ali Khomsan berpendapat mengonsumsi satu jenis menu secara terus menerus memang bisa membosankan. Karena itu, variasi dalam mengolah telur sangatlah penting. Salah satunya diolah dengan cara didadar. Bagi anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan dan ibu menyusui, asupan gizi protein hewani dari daging ayam dan telur sangat dibutuhkan.

“Kandungan asam amino yang ada di dalam telur dan daging ayam juga cukup bagus untuk kesehatan tubuh. Asam amino berperan penting karena membantu pembentukan protein sebagai bahan dasar pembentuk sel, otot, serta sistem kekebalan tubuh. Namun demikian, proses pengolahan daging ayam yang baik adalah sampai sempurna matangnya,” ujar pakar gizi ini.

Menurutnya, konsumsi telur dan daging ayam bagi anak-anak sangat baik dan bisa dimulai sejak awal ibu menyusui bayinya. Daging ayam mengandung protein, zat besi, magnesium, vitamin, dan fosfor.

Dihubungkan dengan Mitos
Hal senada juga disampaikan oleh dr Triza Arif Santosa, yang merupakan dokter spesialis anak terhadap tayangan podcast yang mengulas konsumsi telur dadar dapat menyebabkan kanker dan diabetes. “Gak bener itu, Pak,” itulah komentar singkat yang diterima Infovet.

Dalam beberapa diskusi dengan Infovet sebelumnya, dokter spesialis anak yang rajin menjadi pembicara tetang gizi bagi anak ini, merasa prihatin dengan ulasan-ulasan seputar konsumsi telur dan daging ayam. Bahkan persoalan konsumsi telur kerap kali dihubung-hubungkan dengan mitos yang sumbernya tidak jelas.

Salah satu mitos yang sering terdengar di tengah masyarakat adalah munculnya bisul pada anak yang mengonsumsi telur. Menurut Triza, kekhawatiran munculnya bisul pada anak bukan semata-mata karena mengonsumi telur. Diakui, memang ada beberapa anak yang alergi terhadap telur. “Tapi bukan semata-mata karena konsumsi telur, lalu keluar bisul,” ujarnya.

Ahli gizi ini menjelaskan, telur merupakan sumber nutrisi yang baik bagi anak-anak. Pemberian telur satu butir setiap hari pada bayi usia 6-9 bulan dapat mencegah gangguan pertumbuhan dan stunting.

Untuk memperkuat kajian ilmiah ini, dalam sebuah jurnal kesehatan penelitian dari Washington University, menyebutkan bayi-bayi mulai usia 6-9 bulan yang diberikan satu butir telur setiap hari, kadar kolin dan DHA-nya lebih tinggi dibandingkan pada bayi-bayi yang tidak diberikan telur.

Dengan penjelasan detail dan ilmiah dari Triza ini sudah seharusnya para orang tua tak lagi memercayai mitos-mitos yang tak jelas sumbernya. Telur merupakan sumber nutrisi penting yang dibutuhkan oleh anak balita dengan harga terjangkau.

Jika dihitung, harga telur ayam masih di bawah harga kerupuk yang sangat minim kandungan gizinya. Namun faktanya, masih banyak orang tua yang justru memberikan kerupuk kepada anaknya yang masih balita sebagai lauk.

Masalah Putih dan Kuning Telur
Hal lain yang menjadi kontroversi adalah dalam tayangan podcast tersebut juga diulas bahwa memasak telur jangan dicampur antara putih dan kuningnya, karena ada dampak lain dalam hal kandungan gizi. Pendapat ini juga perlu dibuktikan melalui uji klinis.

Masih menurut Jurnal Encyclopedia of Cell Biology, putih telur mengandung protein yang disebut avidin. Avidin dapat berikatan sangat erat dengan biotin, meskipun tidak melalui ikatan kovalen. Avidin mengikat biotin yang dilepaskan selama pencernaan protein makanan sehingga mencegah penyerapannya. Namun, perlu diketahui bahwa avidin dapat hancur saat dimasak.

Panas selama proses memasak menyebabkan perubahan struktural pada avidin sehingga kurang efektif dalam mengikat biotin. Hal ini membuat biotin lebih mudah diserap tubuh. Karena itu, tidak masalah untuk mengonsumsi putih dan kuning telur yang sudah dimasak.

Dilihat dari narasi konten podcast di atas dan komentar para ahli gizi, tampaknya cara mengolah telur jadi menu yang nikmat kadang menjadi kontroversi. Ada yang menyebut mengolah telur dengan digoreng (dadar) akan menimbulkan penyakit tertentu. Ada juga yang berpendapat meskipun direbus tapi kalau diolah dengan santan juga dianggap kurang baik bagi kesehatan. Sementara untuk mengonsumsi telur agar terasa nikmat, setiap orang memiliki cara tersendiri.

Untuk menghindari kontroversi yang membingungkan masyarakat, ada baiknya para narasumber yang “ahli” di bidang nutrisi atau gizi bisa lebih berhati-hati dalam membuat ulasan. Bisa berdampak kemana-mana jika konten ulasan kesehatan yang belum teruji secara klinis sudah kadung dimuat dan viral di media sosial. Karena itu, bijaklah dalam membuat konten medsos. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

PENTINGNYA BIOSECURITY, NUTRISI DAN SERTIFIKASI NKV PADA BUDIDAYA UNGGAS PETELUR DI PROVINSI SULAWESI UTARA

U.S. Soybean Export Council (USSEC) Indonesia, bersama Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara dan PINSAR Sulut mengadakan Workshop bagi peternak ayam petelur tentang Biosekuriti, Nutrisi dan Sertifikasi NKV. Kegiatan ini dilaksanakan pada Rabu (20/3) yang lalu di Rumah Makan Tedu Matuari, Minahasa Utara.

Kegiatan tersebut bertujuan agar peternak dapat semakin memahami dan termotivasi untuk menerapkan biosecurity yang benar, pemilihan nutrisi pakan yang tepat serta dapat memiliki sertifikat NKV budidaya unggas petelur (NKV-BUP). Alfred Kompudu, Animal Protein Technical Consultant USSEC Indonesia memberikan gambaran melalui presentasinya akan pentingnya pemilihan nutrisi yang tepat bagi ayam petelur untuk performa dan produksi yang maksimal dengan menggunakan soybean meal US.

Selain nutrisi, Alfred yang lebih dari 10 tahun menangani biosecurity di peternakan unggas juga menerangkan masalah biosekuriti yang masih dianggap hanya sekedar melakukan "penyemprotan desinfektan" oleh peternak. Jika ditanya apakah sudah melakukan biosecurity di peternakannya, jawab peternak pasti sudah.

Hal penting dalam biosecurity adalah melakukan kontrol dan pengawasan terhadap faktor risiko pembawa agen (kuman) penyakit yaitu Orang, Benda dan Hewan, atau disingkat dengan istilah OBH. “Yang kita lakukan adalah bagaimana supaya kuman penyakit tidak masuk, tumbuh, berkembang, lalu menyebar ke dalam peternakan. Caranya dengan melakukan isolasi, kontrol lalu-lintas, serta pembersihan dan desinfeksi di peternakan yang cara yang benar dan tepat”, ujar Alfred.

Penerapan biosekuriti di peternakan dengan konsep Biosekuriti 3-Zona merupakan salah satu rekomendasi yang tepat untuk mengamankan peternakan khususnya di peternakan unggas. Peternak ayam petelur yang telah menerapkan biosekuriti 3-zona akan lebih mudah mendapatkan sertifikat NKV karena implementasi biosekuriti merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan sertifikat NKV. Peternak layer di Pulau Jawa, Lampung dan Sulawesi Selatan yang telah menerapkan Biosecurity 3-Zona, banyak yang berhasil mendapatkan sertifikat NKV dan USSEC mendukung program pemerintah tersebut dalam rangka pemenuhan produk asal hewan yang Aman Sehat Utuh dan Halal (ASUH). 

Pada kesempatan ini Drh. Hanna Tioho, Kepala Bidang Peternakan Dinas Pertanian dan Peternakan Propinsi Sulawesi Utara dalam presentasinya menjelaskan tahapan dan prosedur untuk mendapatkan sertifikasi NKV, sebagaimana yang syaratkan dalam Permentan No 11 Tahun 2020. Serifikasi NKV Budi Daya Petelur (BUP) berlaku selama 5 tahun dan setiap tahunnya diadakan surveillance untuk memastikan kondisi peternakan tetap sama dan konsisten dalam menjalankan prosedur biosecurity, hygiene dan sanitasi di peternakannya. “Dengan kegiatan ini semoga pelaku usaha semakin termotivasi untuk memiliki sertifkat NKV - BUP, dan pemerintah daerah siap membantu prosesnya" tutur dia.

Ketua PINSAR Sulawesi Utara, Ir. Jan Tambayong mengemukakan bahwa apa yang dihasilkan dari kegiatan implementasi Biosekuriti di daerah lain menjadi pemacu dan motivasi bagi peternak layer di propinsi Sulawesi Utara untuk bersama-sama melakukan hal yang positif. Harapan kami, peternak layer disini dapat mengajukan pengurusan sertifikasi NKV secara kolektif kepada pemerintah.

Kegiatan ini juga dihadiri oleh Biro Perekonomian Pemerintah Propinsi Sulawesi Utara dan Satgas Pangan yang berdiskusi dengan peternak layer terkait Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan khususnya jagung dan berusaha mencarikan solusi akan inflasi harga telur di Sulawesi Utara akhir-akhir ini. (Rilis)

STAMINA KUAT DENGAN “KAPSUL” PROTEIN MINI

Anggapan bahwa telur puyuh mengandung kolesterol sangat tinggi kurang tepat. (Foto: Pixabay/RitaE)

Meski bentuknya mini, namun khasiat protein hewani ini luar biasa. Di saat harga daging dan telur ayam naik, telur puyuh bisa jadi alternatif.

Saat menjalankan ibadah puasa Ramadan, sangat disarankan agar saat berbuka dan sahur mengonsumsi makanan bergizi tinggi. Kondisi tubuh yang sejak waktu fajar hingga magrib harus diisi dengan makanan yang tidak sekadar mengenyangkan. Namun butuh pasokan nutrisi yang cukup agar kembali bugar.

Umumnya di saat Ramadan hingga menjelang Lebaran, harga sembako termasuk daging dan telur ayam melonjak. Kaum ibu rumah tangga harus pintar-pintar mengelola keuangan agar gizi keluarganya tetap terpenuhi.

Jika harga telur dan daging ayam melonjak, telur puyuh bisa menjadi pilihan lain. Kandungan gizinya tak jauh beda dengan telur ayam. Jika dihitung secara ekonomi dan nilai gizi tiga butir telur puyuh seharga Rp 1.000 sama dengan nilai protein sebutir telur ayam kampung seharga Rp 2.500.

“Itu artinya konsumen juga dapat menikmati keuntungan tersendiri dengan mengonsumsi telur puyuh dibanding telur ayam. Harganya juga masih lebih murah,” ujar Slamet Wuryadi, pemilik CV Slamet Quail Farm, PT Pondok Puyuh Indonesia, Pondok Wirausaha CFE-SQF.

Bagi sebagian orang mengonsumsi telur puyuh tidak ada masalah dan nikmat-nikmat saja. Tetapi untuk sebagian lainnya, masih ada orang yang merasa khawatir mengonsumsinya. Mereka menganggap telur unggas mungil ini mengandung kolesterol tinggi.

Anggapan bahwa telur puyuh mengandung kolesterol sangat tinggi sudah cukup memasyarakat. Terutama bagi orang dewasa dan lansia, sangat menghindari konsumsi telur puyuh.

Menurut Slamet, anggapan semacam ini kurang tepat. “Ini yang harus diluruskan, masyarakat perlu diedukasi dengan baik bahwa kandungan kolesterol telur puyuh tidak seperti yang dikhawatirkan orang,” ungkapnya. 

Slamet yang merupakan peternak burung puyuh ini sudah pernah mendapat penghargaan dari Presiden Joko Widodo. Ia sudah melakukan pengujian kandungan gizi telur puyuh ke beberapa lembaga riset gizi yang memiliki kredibilitas tingkat nasional, seperti Sucofindo, Laboratorium Penelitian dan Pengujian terpadu UGM, serta beberapa lembaga lainnya.

Pada 2018, ia mengajukan pengujian kandungan gizi telur puyuh ke Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu UGM. Hasil ujinya menunjukkan kandungan kolesterol telur puyuh hanya 252,75 mg/100 gr. Sedangkan kandungan lemak total hanya 30,30% bb.

Data Laboratorium
Muasal anggapan telur puyuh bahaya dikonsumsi karena kandungan kolesterol tinggi adalah karena propganda sebuah rumah sakit di luar negeri yang menyatakan telur puyuh dianggap mengandung tinggi kolesterol. Informasi ini kemudian menyebar melalui berbagai media massa.

Lantaran informasi ini, Slamet mengaku sedih dan kecewa dengan santernya berita dan stigma buruk mengenai gizi daging dan telur puyuh di masyarakat. Padahal menurutnya, baik daging maupun telur puyuh terbukti secara penelitian ilmiah juga sangat baik untuk kesehatan.

Tidak mudah memang untuk meyakinkan masyarakat yang sudah sejak lama menyerap informasi tentang “bahayanya” konsumsi telur puyuh. Sama halnya dengan sebagian informasi tentang anggapan serupa tentang konsumsi telur dan daging ayam.

Perlu edukasi yang baik dan berkelanjutan untuk meluruskan infomasi soal kandungan gizi telur puyuh kepada masyarakat agar tak sesat dalam urusan nutrisi. Slamet mengungkapkan, penelitian yang dilakukan Balitnak bahwa kandungan kolesterol puyuh hanya 213 miligram (mg) per 100 gram, penelitian UGM 252,75 mili gram per 100 gram, dan BPPTP Ristek 318,4 miligram per 100 gram.

“Jadi kalau ada anggapan kolesterolnya tinggi, bahkan tidak boleh dikonsumsi itu salah besar. Karena kolesterolnya paling rendah dibanding telur unggas lainnya,” kata dia.

Di sisi lain, kandungan protein pada daging puyuh 22,13% dan lemak 0,47%. Sedangkan telur puyuh mencapai 10,5% dan lemak 4,9%. Telur puyuh juga kaya akan kandungan omega 3 dan 6 yang sangat tinggi.

Sementara itu, dari data laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB), ternyata telur puyuh mengandung protein sebesar 10,5%, sedangkan lemaknya hanya 4,9%. Begitupun dengan daging puyuh, kandungan protein sebesar 22,13%, sedangkan lemaknya hanya 0,45%.
Slamet mengungkapkan, selama ini masyarakat ditakut-takuti oleh data yang disajikan salah satu rumah sakit luar negeri yang ternyata hoaks. Sebab itu, mulai sekarang jangan lagi ragu atau takut untuk konsumsi telur puyuh.

Menjaga Tubuh Tetap Bugar
Di balik isu konsumsi telur puyuh, sebenarnya manfaat telur puyuh diperoleh dari kandungan proteinnya yang melimpah. Tak hanya itu, “kapsul” protein mini ini juga menyimpan nutrisi lain yang cukup lengkap, sehingga baik untuk kesehatan tubuh.

Slamet memastikan, telur puyuh mengandung kalori cukup rendah, yaitu hanya sekitar 15 kalori dalam tiap butirnya. Kandungan nutrisi di dalam telur puyuh juga cukup beragam, seperti protein, karbohidrat, lemak, folat, kolin, serta aneka vitamin dan mineral, sehingga manfaat telur puyuh bagi kesehatan begitu banyak.

Sebuah artikel kesehatan di situs kesehatan alodokter.com yang sudah ditinjau oleh dr Kevin Adrian menyebutkan ada banyak manfaat telur puyuh yang disimak.

Pertama, memperkuat daya tahan tubuh. Sama seperti telur ayam dan bebek, telur puyuh juga termasuk sumber protein hewani. Di dalam tubuh, protein berperan penting untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Dengan imunitas tubuh yang kuat, tubuh akan lebih kebal terhadap infeksi virus dan bakteri, sehingga tidak akan mudah sakit.

Kedua, menambah energi. Di dalam sebutir telur puyuh mengandung sebanyak 15 kalori dan 1,2 gram protein. Dengan mengonsumsi sekitar 3-5 butir telur puyuh, tubuh akan memperoleh asupan energi tambahan. Dengan tenaga yang cukup, bisa menjalani aktivitas sehari-hari dengan lebih baik dan tidak mudah lelah.

Ketiga, mencukupi asupan nutrisi tubuh. Berkat kandungan nutrisinya yang lengkap, mengonsumsi beberapa butir telur puyuh bisa membantu menutrisi tubuh. Selain telur puyuh, juga perlu dilengkapi dengan nutrisi dari makanan sehat lain, seperti sayur, buah, daging, ikan, ayam, tahu, tempe, susu, dan biji-bijian.

Keempat, menguatkan tulang. Manfaat telur puyuh selanjutnya adalah menguatkan tulang. Manfaat ini berasal dari protein, vitamin D, kalsium, magnesium, fosfor, dan kalium yang terkandung di dalamnya.

Kelima, meningkatkan kesehatan otak. Telur puyuh memiliki nutrisi yang baik untuk kesehatan otak, yaitu asam folat, kolin, dan lemak sehat. Tidak hanya itu saja, kandungan antioksidan di dalam telur ini juga mampu melindungi sel otak dari kerusakan akibat paparan radikal bebas.

Keenam, menjaga kesehatan jantung. Penelitian membuktikan bahwa lemak tak jenuh ganda, antioksidan, dan kalium yang terdapat di dalam telur puyuh dapat mengontrol tekanan darah dan kadar kolesterol agar tetap normal. Tentu saja kedua hal ini baik untuk menjaga kesehatan jantung.

Ketujuh, mencegah anemia. Kandungan zat besi dan vitamin B12 di dalam telur puyuh berperan penting untuk mendukung produksi sel darah merah dalam tubuh. Dengan manfaat tersebut, tubuh akan terhindar dari anemia atau kurang darah.

Kedelapan, mengurangi berat badan. Jika sedang berusaha menurunkan berat badan, bisa menambah telur puyuh ke dalam menu makan harian. Telur puyuh tergolong rendah kalori, tetapi mengandung protein dan lemak yang bisa membuat perut kenyang lebih lama, sehingga dapat mengurangi keinginan untuk ngemil makanan tidak sehat. Kandungan protein pada telur puyuh juga berperan meningkatkan metabolisme tubuh, sehingga tubuh akan lebih banyak membakar kalori dan lemak. Namun, agar diet bisa berhasil, tidak bisa hanya mengandalkan telur puyuh, tetapi juga perlu rutin berolahraga dan mengonsumsi makanan bergizi yang jumlah kalorinya tidak terlalu tinggi, seperti buah, sayur, kacang-kacangan, susu atau yoghurt rendah lemak, dan biji-bijian.

Itulah sejumlah manfaat luar biasa yang bisa diperoleh dari telur puyuh. Telur puyuh bisa dijadikan alternatif asupan gizi untuk menjaga stamina tubuh agar tetap sehat dan bugar. Terlebih bagi anak-anak dan remaja yang masih dalam masa pertumbuhan.

Jika  saat ini telur dan daging ayam harganya sedang kurang “bersahabat”, maka beralih ke telur puyuh bisa menjadi pilihan bijak. Sama-sama telur, sama-sama protein hewani, dan sama-sama halal. ***


Ditulis oleh:
Abdul Kholis
Koresponden Infovet daerah Depok,
Konsultan media dan penulis buku,
Writing Coach Griya Menulis (Bimbingan Menulis Buku & Jurnalistik),
Juara I Lomba Jurnalistik Tingkat Nasional (Unsoed, 2021) & Juara I Kompetisi Menulis Artikel Tingkat Nasional dalam rangka HATN, 2022

KIAT MENJAGA KESEHATAN UNGGAS

Perbaiki keseluruhan manajemen pemeliharaan untuk menangkal penyakit. (Foto: Istimewa)

• Faktor manajemen dalam peternakan yang tidak mendapat perbaikan dapat menjadi pemicu berulangnya penyakit dalam suatu populasi ayam di kandang.

• Pelaksanaan manajemen pemeliharaan yang baik dan tepat sangat diperlukan untuk mendukung program kesehatan dalam peternakan unggas.

• Kesehatan saluran pencernaan mempunyai peran penting sebagai pertahanan tubuh dan penopang produksi pada ayam.

Peribahasa “Kaset kusut lagu lama”, seakan sangat relevan dengan tantangan penyakit dalam budi daya ayam ras. Dimana tren kasus penyakit di lapangan hampir selalu sama dari waktu ke waktu. Ada kemungkinan ke depannya pun daftar laporan penyakit cenderung sama.

Hal tersebut diamini oleh Chief Operating Officer (COO) dan Co-Founder BroilerX, Pramudya Rizki Ruandhito, dalam sebuah seminar daring soal kasus dan proyeksi penyakit unggas, pada Desember lalu.

Dalam pemaparannya ia menjelaskan bahwa secara umum di tahun 2023 penyakit pada ayam ras broiler maupun layer relatif sama dengan pola penyakit yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Fenomena tersebut terjadi akibat cara pemeliharaan yang masih memerlukan perbaikan. Ke depan, jika perbaikan tidak dilakukan, bukan hanya kasus penyakit yang terus berulang, namun tingkat keparahannya maupun jenis penyakit bisa bertambah di masa mendatang.

“Faktor manajemen dalam peternakan itu sendiri yang dapat menjadi pemicu berulangnya penyakit dalam suatu kandang. Bagaimana peternak menjaga kebersihan dan sirkulasi udara di dalam kandang. Kemudian ketersediaan serta kualitas air dan pakan juga harus menjadi perhatian. Belum lagi terkait manajemen perkandangan, biosekuriti, serta vaksinasi juga menjadi hal yang krusial,” kata Rizki.

Terkait sistem perkandangan, ia melihat bahwa jumlah kasus penyakit di lapangan lebih banyak terjadi pada sistem open house. Walaupun tidak menjadi jaminan bahwa sistem closed house akan selalu membuat ayam sehat. Seperti halnya heat stress, ND, koksidiosis, coryza, chronic respiratory diseases (CRD), serta berbagai kasus penyakit yang dipicu oleh perubahan lingkungan yang terjadi secara drastis.

“Seperti pada 2023, dimana fenomena El-Nino membuat suhu lingkungan lebih panas sehingga banyak ditemukan kasus heat stress di lapangan, terutama pada kandang open house. Secara umum, heat stress akan menimbulkan wet drop, karena ketika suhu panas terjadi, ayam akan terpacu untuk minum lebih banyak. Nah, untuk penyakit selanjutnya yang mungkin muncul tergantung pada challenge yang ada di kandang masing-masing,” jelasnya.

Untuk mengatasi hal tersebut, lanjut dia, yang jelas harus mengatasi sumber panas dengan menyediakan lingkungan kandang yang ideal, serta manajemen perkandangan dan uniformity yang tepat. Dalam pemeliharaan sistem closed house akan lebih mudah diatur. Namun tantangan lebih besar ketika panas adalah pada pemeliharaan sistem open house, sehingga penanganannya harus lebih ekstra. Selain itu, yang tidak kalah penting adalah pemberian suplemen untuk menekan tingkat stres pada ayam, seperti vitamin C dan elektrolit.

Dalam konteks menjaga kesehatan ayam ras, pada kesempatan yang sama Guru Besar Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB, Prof Dr I Wayan T. Wibawan, menjelaskan bahwa kesehatan saluran pencernaan mempunyai peran penting sebagai pertahanan tubuh dan penopang produksi pada ayam. Menurutnya, saluran pencernaan merupakan tempat terjadinya proses pencernaan pakan dan penyerapan nutrien, barier pertama terhadap infeksi, serta di sepanjang usus halus ada mekanisme kekebalan yang sangat penting dalam penolakan infeksi seperti sel Goblet, daun Peyer, dan peristaltik.

“Untuk menjaga kesehatan saluran cerna, mikroba dalam usus harus seimbang, yakni mikroorganisme baik (85%) dan mikroorganisme berpotensi patogen (15%). Untuk itu, pemberian pakan yang berkualitas sesuai kebutuhan ayam menjadi fondasi kesehatan dan performa produksi. Dalam hal ini, pakan mempunyai pengaruh besar terhadap kebugaran dan kesehatan ayam, sehingga penting untuk memperhatikan kualitas pakan di setiap level peternakan. Hal ini juga harus ditunjang dengan manajemen kesehatan yang baik, termasuk di dalamnya vaksinasi dan biosekuriti yang tepat” tukasnya.

Penyakit Cenderung Berulang, Perbaiki Manajemen Pemeliharaan 
Salah satu aspek krusial dalam pemeliharaan ayam ras adalah bagaimana peternak mempersiapkan manajemen kesehatan ayamnya. Secara umum status kesehatan ayam dipengaruhi beberapa hal, seperti kondisi umum ayam, lingkungan, hingga tantangan penyakit.

“Secara umum di tahun kemarin penyakit pada unggas relatif sama dengan pola penyakit yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Pada broiler kasus CRD, kolibasilosis, dan coryza masih menjadi penyakit bakterial yang banyak dijumpai di lapangan. Sedangkan untuk penyakit viralnya masih didominasi infectious bursal disease (IBD)/gumboro dan newcastle disease (ND), serta koksidiosis akibat pengaruh lingkungan yang memanas (El-Nino) sehingga menyebabkan heat stress. Hal ini tentu membutuhkan treatment ekstra agar tidak menjadi faktor pemicu kasus-kasus penyakit lainnya,” kata Rizki.

Sementara pada peternakan layer, kasus yang sama seperti CRD, kolibasilosis, dan coryza juga kerap dijumpai, selain penyakit viral di antaranya avian influenza (AI) dan infectious laryngo tracheitis (ILT). Adapun penyakit lainnya yang tidak bisa dianggap enteng adalah parasit seperti koksidiosis, ektoparasit, dan cacing.

“Beberapa penyakit ini sering terjadi di kandang internal kami. Walaupun biasanya berbagai obat dan penanganan juga telah diberikan, namun penyakit ini masih menjadi momok bagi para peternak, sehingga perlu adanya evaluasi dan perbaikan dari keseluruhan manajemen pemeliharaan. Selain itu, lakukan juga tindakan preventif seperti vaksinasi, sanitasi, biosekuriti, hingga istirahat kandang yang cukup,” ucap dia.

Program istirahat kandang masih sering diabaikan peternak dengan alasan efisiensi produksi. Biasanya mereka mengejar delapan kali siklus produksi dalam satu tahun, sehingga istirahat kandang sering ditinggalkan. Padahal, istirahat kandang menjadi program yang sangat berguna untuk memutus mata rantai kasus penyakit dalam kandang.

“Secara periodik, monitoring kesehatan dengan uji laboratorium juga diperlukan. Oleh karena itu perlu adanya edukasi ke peternak mengenai penyakit unggas beserta pencegahan dan penanganannya. Karena bagaimanapun, indikator kualitas SDM turut berpengaruh terhadap keberhasilan program kesehatan dalam kandang,” tegasnya.

“Terakhir, untuk menunjang program kesehatan perlu menggunakan teknologi tepat guna untuk mampu mendeteksi penyakit. Saat ini kami di BroilerX sedang mengembangkan teknologi yang bisa mendeteksi penyakit lebih dini, sehingga bisa dicegah dan tidak semakin parah.” (INF)

BASMI KEBERADAAN LALAT DI PETERNAKAN

Banyak lalat hinggap di tempat pakan ternak. (Foto: Istimewa)

Hewan dari filum arthropoda ini memang sudah seperti menjadi bagian sehari-hari dalam hidup. Hampir di tiap tempat pasti bakal mudah menemukan keberadaan lalat. Serangga yang bisa terbang ini dikonotasikan sebagai sesuatu yang negatif.

Begitu pula dalam dunia peternakan, lalat merupakan musuh yang juga harus dibasmi. Ledakan populasi lalat di suatu peternakan dapat menambah daftar panjang masalah yang harus diselesaikan.

Berbagai Jenis, Beragam Ancaman
Menurut Prof Rosichon Ubaidillah, seorang ahli serangga LIPI, ada sekitar 240.000 spesies diptera (serangga dua sayap) dan secara umum dikenal sebagai lalat/fly termasuk simulium. Berdasarkan penemuannya, lalat sudah hidup sekitar 225 juta tahun yang lalu.

“Keberadaan lalat ini sudah lama ada, coba bayangkan sejak zaman dinosaurus mereka sudah ada, dan yang jelas beberapa jenis lalat secara langsung dan tidak langsung juga memengaruhi kehidupan kita secara ekologi, medis, bahkan sampai ekonomis,” kata Rosichon.

Ia menjelaskan, beberapa spesies lalat bersifat parasit dan merugikan manusia termasuk di dunia peternakan. Oleh karena itu, perlu diwaspadai keberadaan lalat di suatu peternakan apapun. Hal ini dikarenakan tiap spesies alat memiliki inang yang berbeda-beda.

Hal tersebut juga diamini oleh staf pengajar parasitologi FKH IPB, Prof Upik Kesumawati. Di dunia peternakan, baik hewan besar maupun kecil keberadaan lalat adalah masalah yang harus dikendalikan. Ia memberi contoh pada hewan besar misalnya lalat spesies Tabanus, Stomoxys, Haematopota, dan Chrysops.

“Mereka itu lalat yang biasa ditemukan pada hewan besar, mereka mengisap darah dan memberikan dampak medis yang besar bagi penyebaran penyakit (vektor) surra. Makanya harus dibasmi dan dikendalikan, tidak boleh dibiarkan, kalau dibiarkan akan jadi kerugian ekonomi yang tidak sedikit,” kata Upik.

Hingga saat ini menurut Upik, Indonesia masih struggle dalam mengendalikan penyakit surra pada sapi yang diperantarai oleh vektor lalat dari keluarga Tabanidae. Ia memberi contoh misalnya kerugian akibat penyakit surra di benua Asia mencapai $ 1,3 miliar pada 1998, hal ini belum termasuk biaya pengendalian vektornya.

Di peternakan unggas Jenis lalat yang sering dijumpai antara lain lalat rumah (Musca domestica), lalat buah (Lucilia sp.), lalat sampah (Ophyra aenescens), lalat tentara (soldier flies), dan lalat hitam (Simulium sp.). Lalat tersebut sering ditemukan di sekitar tempat pakan, litter, area sekitar feses, kolong kandang, selokan air, maupun bangkai ayam. Banyaknya populasi lalat tersebut tentu akan memberikan dampak buruk bagi lingkungan kandang dan masyarakat sekitar.

Memiliki Arti Penting
Mengapa lalat menjadi penting? Karena serangga bersayap dua ini dapat menjadi vektor penyakit. Seperti yang sudah sebutkan, penyakit surra pada ruminansia dan hewan besar ditularkan juga melalui lalat. Lalat dapat berperan sebagai vektor mekanis maupun vektor biologis. Sebagai vektor mekanis, lalat hanya membawa bibit penyakit tersebut dari satu tempat ke tempat lain. Sedangkan sebagai vektor biologis, bibit penyakit masuk ke tubuh lalat ketika lalat menggigit atau hinggap di ayam. Bibit penyakit kemudian berkembang di tubuh lalat dan menular ke ayam lain.

Menurut Drh Christina Lilis dari PT Medion, lalat dapat berperan sebagai vektor penyakit AI, ND, gumboro, histomoniasis, leucocytozoonosis, dan necrotic enteritis (NE). Larva dan lalat dewasa juga menjadi inang perantara bagi infeksi cacing pita (Raillietina tetragona dan R. cesticillus) pada ayam. Larva dan lalat dewasa sering kali termakan oleh ayam sehingga ayam dapat terinfestasi cacing pita.

Selain itu, lalat juga berperan sebagai vektor mekanik bagi cacing gilik (Ascaridia galli) maupun bakteri. Tak jarang lalat ditemukan sedang hinggap di ransum ayam. Tak heran jika kasus penyakit ayam rata-rata meningkat 10% dibandingkan musim kemarau, salah satunya karena peran lingkungan yang lembap sehingga bibit penyakit meningkat dan peran lalat sebagai vektor penyakit.

“Kalau sudah begini dan sudah tahu bahwa penyakit-penyakit bisa diperantarai oleh lalat, apa iya kita masih mau diam? Kan ini juga mengancam peternakan kita dan memang butuh dikendalikan,” tutur Lilis.

Beragam literarur juga menyebutkan bahwa keberadaan lalat dapat menjadi pemicu stres di kandang. Hal ini akan berakibat pada turunnya nafsu makan dan asupan nutrisi berkurang. Sehingga pakan banyak tersisa dan FCR (feed convertion ratio) meningkat. Kondisi tersebut akan berpengaruh pada pertambahan bobot badan harian ayam yang terhambat.

Upaya Mengendalikan
Dalam mengendalikan populasi lalat perlu dipahami siklus hidupnya terlebih dahulu agar mempermudah dalam mengendalikannya. Dalam waktu 3-4 hari seekor lalat betina mampu menghasilkan rata-rata 500 butir telur.

Yang dapat dilakukan pertama kali adalah mengontrol manajemen pemeliharaan, sebab lalat sangat suka hinggap terutama di feses, maka feses dan sisa pakan harus dibersihkan setidaknya seminggu sekali. Usahakan agar pemberian pakan dan air minum rapi tidak tumpah dan menjadi tempat hinggap lalat.

Selain itu, lakukan pengontrolan kandang secara berkala, apabila terdapat ayam yang mati segera kumpulkan dan buang, atau langsung dibakar. Hal ini agar bangkai ayam tidak dihinggapi lalat karena bangkai juga menjadi salah satu spot favorit bagi para lalat.

Pengendalian lalat juga bisa dilakukan dengan peasangan light trap di kandang, yang merupakan perangkap mekanik untuk memancing lalat agar mendekat. Serangga sangat suka dengan cahaya terang, dengan adanya light trap lalat akan terperangkap dan terbunuh karena aliran listriknya.

Insektisida juga sering menjadi pilihan peternak dalam mengatasi lalat. Yang perlu dipahami, penggunaan insektisida bukan menjadi core dan pilihan utama dari pengendalian lalat, tetapi merupakan senjata pamungkas. Oleh karenanya, peternak tidak bisa menggantungkan pembasmian lalat hanya dari pemberian obat lalat saja, namun teknik pemberian obat lalat juga harus dilakukan dengan tepat. Banyak pilihan insektisida yang bisa digunakan dalam membunuh lalat dari berbagai fase, hal tersebut bisa dikonsultasikan dengan dokter hewan.

Pengendalian lalat penting dilakukan meskipun lalat bukan penyebab penyakit, namun lalat dalam jumlah berlebihan akan menjadi penyebar dan pemicu penyakit. Selain itu akan memicu masalah antara peternak dengan lingkungan sekitar. Peternakan ayam dituding sebagai biang munculnya banyak lalat. Lalat dewasa yang berterbangan di dalam kandang lebih sedikit jumlahnya jika dibandingkan dengan telur, larva, dan pupa yang sesungguhnya jauh lebih banyak. Oleh karena itu, pengendalian lalat sejak dini, yaitu saat stadium larva menjadi sebuah langkah yang bagus dalam membasmi keberadaan lalat. ***

Ditulis oleh:
Drh Cholillurahman
Redaksi Majalah Infovet

DISKANAK KABUPATEN SUMEDANG SEBARKAN BANTUAN KAMBING KE KELOMPOK TANI

Petugas Diskanak Memantau Pemberian Bantuan Kambing
(Sumber : Tribunnews.com)


Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kabupaten Sumedang akan membagikan kambing etawa untuk kelompok tani di Sumedang. Sebelumnya, dinas ini juga membagikan domba 18 hingga 30 domba untuk digemukkan kelompok tani. Dana hibah domba ini berasal dari Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT). Dengan dana yang sama, tahun ini kambing etawa dipilih untuk peliharaan para petani.

Saat ini, Diskanak Sumedang mulai melaksanakan verifikasi data para calon petani dan calon lokasi (CPCL) terhadap kelompok tani penerima bantuan ternak domba dari DBHCHT tahun 2024 ini. Verifikasi data CPCL tersebut dilakukan terhadap sejumlah kelompok tani penerima bantuan ternak domba yang tersebar di sejumlah wilayah di Kabupaten Sumedang.

"Ini untuk memastikan bahwa kelompok tani yang akan menerima bantuan memang betul-belul ada dan aktif," kata Plt Sekretaris Disnakan Kabupaten Sumedang, drh Mursjid Abdullah, kepada TribunJabar.id, Minggu (24/3/2024). 

Kegiatan verifikasi data CPCL kelompok tani penerima bantuan ternak domba DBHCHT dilaksanakan di beberapa desa, seperi Desa Banjarsari Kecamatan Jatinunggal; Kelompok Mitra Saluyu, Desa Genteng, Kecamatan Sukasari; dan Desa Cikareo Selatan, Kecamatan Wado. Kelompk-kelompok CPCL penerima bantuan adalah yang ada kaitannya dengan pertanian dan buruh tembakau. 

"Di tahun 2024 ini memang ada alokasi anggaran untuk bantuan hewan ternak bagi para petani dan buruh tani tembakau," katanya.

Mursjid menyampaikan, bantuan ini, adalah bagian dari program kesejahteraan masyarakat, yang masuk dalam prioritas sasaran program DBHCHT Kabupaten Sumedang pada tahun 2024 ini.

"Tujuan utama dari program ini, adalah untuk membantu pengembangan usaha para petani, agar perekonomian masyarakat meningkat," katanya. (INF)



RAKORNAS GAPENSISKA : PERKOKOH KONTINUITAS SISKA SECARA NASIONAL

Rakornas GAPENSISKA : Fokus Menyukseskan Program SISKA ke Seluruh Indonesia
(Sumber : Istimewa)

Kamis, 21 Maret 2024 yang lalu berlokasi di IPB International Convention Center Bogor, Gabungan Pelaku dan Pemerhati Sistem Integrasi Sawit-Sapi (GAPENSISKA, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan dukungan SISKA Supporting Program(SSP-IARMCP) mengelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas). Topik yang dibahas yakni mengenai pengembangan SISKA meliputi kebijakan dan strategi pengembangan, potensi investasi (IPRO), dan pedoman teknis implementasinya.

Wahyu Darsono selakuTeam Leader SISKA Supporting Program (SSP), Sistem Integrasi Sapi-Kelapa Sawit (SISKA) memegang peranan strategis dalam mengembangkan sektor perkebunan dan peternakan di Indonesia serta mendukung Rencana Aksi Nasional Kebun Sawit Berkelanjutan (RAN KSB).

“Hingga saat ini SISKA Supporting Program telah mendukung pengembangan SISKA di Kalimantan Selatan (26 Klaster SISKA KU INTIP) Kalimantan Barat (13 Klaster SISKA MEMBARA), Kalimantan Timur (9 Klaster SISKA NUSANTARA), dan Riau (7 Klaster SISKA MANDIRI) agar terus berjalan berkelanjutan dan berorientasi secara komersial,” kata Wahyu saat pembukaan Rakernas.

Menurutnya, tujuan utama SISKA (Sistem Integrasi Sapi Kelapa Sawit) adalah untuk mengintegrasikan budidaya sapi dengan perkebunan kelapa sawit. Dengan program ini, diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan mendukung perkebunan sawit berkelanjutan.

“Sayang, implementasi SISKA ini masih terbatas di beberapa daerah dan belum merata di seluruh Indonesia. Padahal, potensi SISKA sangat besar mengingat luasnya lahan perkebunan kelapa sawit dan jumlah populasi sapi di Indonesia,” katanya.

Untuk itu, lanjut Wahyu, perlu ada strategi untuk mempercepat perluasan implementasi SISKA agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi petani, lingkungan, dan perekonomian yang sejalan dengan prinsip-prinsip perkebunan sawit berkelanjutan.

Wahyu menjelaskan, SISKA mendorong implementasi integrasi sawit sapi, mendorong kapasitas dan penyiapan pelaku integritas sawit sapi. Kemudian mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk menentukan kebijakan integritas sawit sapi yang ada di daerah, salah satunya pada Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan.

Untuk mendorong keberlangsungan SISKA, sejak tahun 2021, pihaknya membentuk SISKA Supporting Program (SPP) untuk mendukung pemerintah provinsi di empat provinsi untuk mengembangkan sektor SISKA mereka sendiri.

“Hingga saat ini, SSP telah mendukung pengembangan klaster SISKA di Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Riau, yang mendukung mata pencaharian peternak,” kata Wahyu.

Pendahulu SSP, program Indonesia Australia Commercial Cattle Breeding Program (2016-2021), membuktikan bahwa model SISKA layak secara komersial, dan sebagai hasilnya mampu menawarkan peluang untuk memperluas pembiakan sapi di area perkebunan kelapa sawit yang sesuai. Kelapa sawit saat ini mencakup 16 juta hektar lahan di Indonesia, sehingga peluang pertumbuhan SISKA sangat besar.

Dalam mendorong perluasan SISKA, SSP berfokus pada dukungan pembentukan kemitraan atau klaster SISKA, pengembangan kapasitas untuk mengembangkan tenaga kerja SISKA, dan mendorong kemitraan sektor swasta dan publik melalui advokasi oleh Gabungan Pelaku dan Pemerhati SISKA (GAPENSISKA).

Menurut wahyu, dari sisi peningkatan produksi sawit, dampaknya kebun sawit dapat memanfaatkan bahan organik (kotoran sapi, pelepah sawit, tandan buah kosong) sebagai kompos, baik sebagai pupuk maupun pembenah tanah.

Dengan memelihara sapi di kebun sawit dapat mengendalikan gulma, karena gulma bisa menjadi pakan ternak. Sedangkan dampak terhadap lingkungan adalah, berkurangnya penggunaan pupuk kimia non organik, berkurangnya residu herbisida dan berkurangnya limbah yang menjadi sumber penyakit tanaman. Penggunaan pupuk kimia juga berkurang dan meningkatkan absorsi pupuk kimia.

Sedangkan dampak terhadap pengembangan ternak sapi adalah ketersediaan lahan dan pakan untuk pengembangan sapi. Bahkan bisa didorong dalam pengembangan industri pakan. Dampak lainnya adalah meningkatnya jumlah pengelola sapi dan meningkatnya populasi sapi yang berkualitas.

“Keuntungan lain dari intergrasi sawit-sapi adalah bisa meningkatkan pendapatan petani. Petani mendapat tambahan pendapatan dari hasil menjual bahan organik (kotoran sapi dan kompos). Pengurangan penggunaan herbisida juga mengurangi tenaga kerja untuk pengendalian gulma, sehingga pengeluaran petani pun berkurang,” katanya.

Prof Ali Agus, Staf Ahli Menteri Bidang Hilirisasi Kementerian Pertanian menambahkan, perkebunan sawit bisa menjadi lokomotif dalam mendukung ketahanan pangan. Luas kebun sawit yang mencapai 16 juta hektare (ha) memiliki potensi yang besar dalam menyediakan pangan berupa daging sapi bagi bangsa Indonesia.

“Perkebunan sawit berpotensi menjadi lokomotif penyediaan pangan bagi masyarakat luas. Dengan luas 16 juta ha, perkebunan sawit bisa diintetegrasikan dengan peternakan sapi dan tanaman pangan untuk mendukung swasembada daging dan pangan,” kata Ali Agus.

Ali Agus menambahkan, pemenuhan atau swasembada pangan hingga saat ini masih menghadapi berbagai tantangan, salah satunya adalah sulitnya pengadaan lahan. Adanya lahan sawit dengan kerapatan tanaman yang cukup lebar bisa diberdayakan dengan berbagai tanaman untuk pakan sapi dan sebagai ladang pengembalaan yang bagus.

“Perkebunan sawit dengan jarak tanam yang luas bisa menjadi altenatif lahan untuk pemenuhan pakan ternak dan tanman pangan,” jelasnya.

Dukungan Penuh Dari Pemerintah

Pemerintah yang dalam hal ini diwakili Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah menegaskan, bahwasanya mereka sangat mendukung penuh program Sistem Integrasi Sapi dan Kelapa Sawit (SISKA yang mengintegrasikan ternak sapi dengan tanaman perkebunan yaitu kelapa sawit dengan konsep menempatkan dan mengusahakan sejumlah ternak tanpa mengurangi aktivitas dan produktivitas tanaman.

“Sistem usaha integrasi sapi sawit ini akan memberikan tambahan keuntungan bagi perusahaan dan juga berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan peternak di sekitar perkebunan atau pekebun binaan/plasma. Karena peternak dapat memanfaatkan hasil samping perkebunan untuk pakan ternak. Selanjutnya, perusahaan sawit dapat memanfaatkan kotoran ternak untuk pupuk tanaman,” paparnya.

Namun, lanjutnya, masih sedikit perusahaan yang belum menerapkannya. Menurutnya, banyak pengusaha sawit yang belum mengetahui keuntungan yang bisa didapatkan dengan mengikuti program SISKA.

Nasrulah berharap program SISKA bisa masuk dalam Undang-Undang (UU) Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) yang akan direvisi oleh DPR sehingga tak perlu lagi membuat regulasi baru.

“Kalau masuk UU tentu lebih kuat dan lebih mudah dalam sosialisasi dan implementasinya,” kata Nasrullah.

Menurut Nasrullah, kebutuhan pangan setiap tahun terus meningkat, terutama beras dan daging sapi sebagai sumber protein hewani. Namun, penyediaan daging sapi masih banyak kendala, diantaranya ketersediaan sapi bakalan. Apalagi, saat ini sistem pemeliharaan sapi di Indonesia, didominasi oleh peternakan rakyat dengan pola usaha semi intensif dan intesif dengan rata-rata kepemilikan 2 (dua) ekor per peternak.

“Selain itu, masih sedikit lahan khusus bagi usaha peternakan. Hal ini sangat berbeda dengan sistem usaha pembiakan sebagai penghasil sapi bakalan di negara maju seperti Amerika Serikat, Australia, Brazil dan Argentina yang memiliki lahan penggembalaan yang luas,” kata Nasrullah.

Di sisi lain, lanjutnya, Indonesia memiliki perkebunan sawit yang luasnya mencapai 16,38 juta Ha. Dengan luas perkebunan kelapa sawit tersebut, terdapat potensi lahan yang dapat dimanfaatkan sebagai padang penggembalaan (ranch) maupun sumber pakan untuk pengembangan ternak sapi. Anggap saja jika 1 ekor sapi membutuhkan 2 Ha lahan perkebunan sawit, maka misalnya diambil 20% saja dari total area kebun sawit tersebut, akan dapat dikembangkan lebih kurang 1,6 juta ekor sapi.

“Saya telah melihat sendiri pengembangan sawit sapi ternyata mampu menghasilkan ternak yang berkualitas bagus, dan tidak merusak kebun sawit. Bahkan usaha integrasi sawit-sapi dapat berkontribusi positif bagi pengembangan perkebunan berkelanjutan dan memberikan citra positif bagi komoditas kelapa sawit Indonesia yang saat ini mengalami kampanye hitam (black campaign) dalam tataran global,” jelasnya.

Dia menjelaskan, melalui sistem integrasi sawit-sapi, penggunaan herbisida kimia dan pupuk anorganik dapat dikurangi, sehingga mengurangi biaya produksi dan menjadikan sistem pertanian yang ramah lingkungan.

“Selain itu sistem integrasi sawit-sapi dapat menjadi alternatif sumber pendapatan saat dilakukan replanting atau Peremajaan Sawit Rakyat (PSR),” jelasnya.

Dalam kesempatan tersebut, Nasrullah mengapresiasi kinerja Siska Supporting Program (SSP), yang telah mendorong upaya perluasan implementasi SISKA sebagai upaya percepatan swasembada daging sapi. Dengan terus melakukan perluasan model SISKA pola inti plasma terus dilakukan di luar Kalsel, yaitu Kaltim, Kalbar, dan Riau atas komitmen dan inisiatif pemprov setempat. Diharapkan program model seperti ini dapat menjadi role model dan direplikasi oleh provinsi yang lain.

“Komitmen dan dukungan dari berbagai pihak terus berdatangan untuk mendukung suksesnya program ini, baik dari Pemerintah Provinsi, CSR perusahaan, hingga perbankan. Dukungan yang diberikan berupa modal fisik, seperti alat pagar listrik (electric fence), mesin chopper, portable feed bunk, portable yard, hingga penanaman HPT serta pendampingan teknis dari Siska Supporting Program Indonesia,” jelasnya.

Menurut Nasrulah,  pihaknya juga perusahaan yang telah mengembangkan integrasi sawit sapi ini termasuk memberikan fasilitasi berupa CSR bahkan bersedia menjadi avalis KUR sehingga dapat memberikan peluang pengembangan usaha bagi pekebun/peternak untuk menaikkan skala usaha. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada seluruh pihak yang telah mendukung integrasi sawit sapi termasuk pihak bank, akademisi, asosiasi dan pemerhati sawit sapi dan tak lupa para pekebun-peternak.

“Saya mengimbau para pemilik perusahaan perkebunan sawit yang belum melaksanakan integrasi sawit sapi, untuk segera bergabung dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan nasional dan mewujudkan perkebunan berkelanjutan,” pungkasnya. (CR)

LALAT SERBU RUMAH WARGA, PETERNAKAN AYAM DIDUGA MENJADI PENYEBAB

Lalat Berkerumun di Sekitar Pemukiman Warga
(Sumber : Istimewa)

Pemandangan tidak biasa terlihat di pemukiman warga di Lembang Pata'padang pada, Kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, sejak (22/4). Ratusan lalat tiba-tiba menyelimuti daerah tersebut bahkan masuk ke rumah warga. Serangan lalat tersebut memenuhi rumah warga, mulai di teras, ruang tamu, kamar, hingga ruang makan dan dapur.

Warga menduga bahwa serangan lalat pemukiman warga tersebut berasal dari peternakan ayam potong. Hal ini dibantah Kepala Lembang Pata'padang, Matius Allokaraeng. Ia mengatakan bahwa di wilayahnya tidak ada peternakan ayam.

"Di sini tidak ada. Mungkin lokasinya sekitar perbatasan Lembang Pata'padang dan Lembang Tallung Penanian, masih masuk Kecamatan Sanggalangi. "Kalau di Lembang kami, tidak ada peternakan ayam (potong)," tuturnya.

Ia juga mengaku sudah mendapatkan laporan terkait serangan lalat tersebut.

"Sudah dapat informasi dari masyarakat di Dusun Buntualang bahwa banyak kerumunan lalat di rumah warga. Kami sudah sampaikan ke Dinas Pemukiman dan Lingkungan Hidup, Kepala Puskesmas Tombang Kalua, dan dokter Peternakan di Toraja Utara," jelasnya.

Ia berharap masalah ini cepat dapat diatasi dan kondisi kembali normal.

"Semoga kembali normal, dan ada bantuan maupun tindakan dari dinas terkait, dan menyelidiki apakah benar serbuan lalat tersebut dari peternakan," tutupnya. (INF)


LAGI, PETERNAKAN BABI ILEGAL DI KALSEL DIBONGKAR

Salah Satu Kandang Babi Ilegal di Gunung Manggis, Kalsel
(Sumber : Istimewa)

Pemerintah Kota Banjarbaru menetapkan rencana waktu pembongkaran 10 kandang peternakan babi di Guntung Manggis Kecamatan Landasan Ulin pada Kamis 28 Maret 2024 mendatang.

Rencana eksekusi peternakan tak berizin ini ditetapkan setelah Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Banjarbaru sebagai penegak Perda melaksanakan rapat teknis pembongkaran bersama stakeholder terkait, Rabu (20/3/2023) pagi.

Kepala Satpol PP Kota Banjarbaru, Hidayaturahman mengatakan, pihak yang akan terlibat dalam eksekusi nanti yakni Disperkim, Dinas PUPR, DLH, DKP3, TNI, dan Polri beserta perangkat kecamatan, kelurahan dan RT RW.

“Sesuai arahan pimpinan Insyaallah pembongkaran akan kami lakukan pada tanggal 28 Maret 2024 ini,” ujar Hidayaturahman usai rapat di aula Satpol PP Banjarbaru, Rabu (20/3/2024) siang.

Sebelumnya, merespon keluhan warga atas keberadaan peternakan babi di Jalan Danau Seran itu, Satpol PP telah memberikan Surat Peringatan (SP) pertama hingga ketiga langsung kepada pemilik peternakan.

Namun, surat peringatan untuk melakukan pembongkaran sendiri itu tak dipatuhi oleh pemilik ternak, hingga akhirnya kandang-kandang itu diberikan segel penutupan.

“Melalui SP sebelumnya sudah kita sampaikan ke pemilik agar mereka dapat membongkar mandiri, jika tidak maka kita yang akan bongkar,” jelas dia.

Sedangkan saat eksekusi pembongkaran, Dayat mengatakan tidak akan merelokasi ternak-ternak babi tersebut, sebab pemilik ternak sudah terbukti melanggar ketentuan.

“Ada 4 hal yang dilanggar pertama tentang tata ruang, kedua tentang izin bangunan, izin ternak itu sendiri, serta pengelolaan limbah, dan lingkungan,” sebutnya.

Sebelum hari ekskusi, Satpol PP Banjarbaru kembali akan memberikan peringatan kepada pemilik ternak.

Termausk kata dia, DKP3 Banjarbau akan memberikan imbauan agar pemilik ternak untuk dapat mengamankan hewan ternak agar dapat mengurangi kerugian.

“Dan kita juga akan minta bantuan Dinas PUPR menyiapkan alat berat untuk mempercepat proses pembongkaran serta bantuan armada dari DLH seumpama ada suatu hal yang kita angkut,” tuntas dia.

Lebih jauh Dayat mengatakan, selain 10 kandang peternakan yang terdata ada di wilayah Guntung Manggis, imasih ada peternakan di wilayah lain yang juga akan dilakukan pembongkaran secara bertahap. (INF)

ANTRAKS DI DIY LANGSUNG DITANGANI CEPAT AGAR TAK MELUAS

Pemberian vaksinasi pada sapi untuk mencegah antraks. (Foto: Istimewa)

Mencuatnya kasus antraks yang menyerang ternak sapi dan kambing di Kabupaten Sleman dan Gunungkidul Provinsi D.I. Yogyakarta (DIY), ditangani secara cepat dengan mengintensifkan disinfeksi, vaksinasi, dan pengawasan lalu lintas ternak.

Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah, mengungkapkan bahwa kasus ini telah menjadi perhatian Menteri Pertanian untuk segera diambil langkah-langkah preventif agar tidak meluas.

“Inilah kepedulian pemerintah terhadap rakyat. Harapannya yaitu wilayah kasus bisa kita isolir. Pemerintah jangan sampai lengah terhadap vaksinasi antraks. Stok vaksin kita lebih dari cukup dan tidak impor. Kita produksi sendiri,” kata Nasrullah saat memberikan sambutan pada kegiatan vaksinasi untuk pencegahan antraks di Balai Desa Gayamharjo, Prambanan, Sleman, Selasa (19/3/2024).

Dalam keterangan resminya, Nasrullah menyoroti pentingnya pemahaman yang lebih baik dari peternak tentang bagaimana menjaga kesehatan ternak dan mencegah agar kasus antraks tidak terulang.

Ia mengimbau jika ternak sakit, segera laporkan kepada petugas, tidak boleh menyembelih di sembarang tempat tanpa izin, serta mengonsumsi  ternak yang sakit apalagi yang telah mati. Hal tersebut dapat membahayakan kesehatan diri sendiri maupun masyarakat.

“Sangat penting bagi peternak untuk memahami bahaya antraks dan langkah-langkah pencegahannya. Edukasi harus rutin diberikan kepada peternak dengan melibatkan tokoh-tokoh masyarakat,” ucapnya.

Ia juga menambahkan, perlu diperkuat check point lalu lintas ternak yang ada dan melakukan koordinasi lintas wilayah yang berbatasan. Aparat Kepolisian juga diharapkan menindak oknum yang menjual ternak sakit atau ternak mati yang diduga antraks.

Pada kesempatan yang sama, Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan upaya pendataan kelompok ternak di Kabupaten Sleman dan turut memantau perdagangan ternak secara ketat. Terutama wilayah yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Klaten Provinsi Jawa Tengah, menjadi fokus utama dalam pemantauan.

“Kami telah melakukan upaya disinfeksi di lingkungan kandang ternak yang positif antraks dan Pemda Sleman terus berupaya memusnahkan daging ternak kena antraks yang telah ditaruh di kulkas-kulkas, kita ambil semua, ini bekerja sama juga dengan TNI dan Polri,” kata Kustini.

Ia juga membeberkan telah dilakukan pengobatan dan pemberian vitamin terhadap 143 ekor sapi dan 224 ekor kambing/domba. Vaksinasi juga terus dilakukan pada zona kuning yaitu di Dusun Nawung, Kalinongko, dan Kalinongko Lor. Semua dilakukan beserta jajaran Pemda Sleman agar penyebaran antraks berhenti.

Pada kesempatan yang sama Direktur Kesehatan Hewan, Nuryani Zainuddin, menjelaskan bahwa antraks yang terjadi di DIY merupakan kasus yang berulang dan ini disebabkan oleh beberapa hal salah satunya adalah ketidaktahuan masyarakat terkait bahaya antraks.

“Penyakit antraks sebenarnya adalah penyakit yang mudah ditangani kalau dilakukan vaksinasi secara rutin, yaitu setiap tahun. Selain dengan vaksinasi, pemerintah melalui Balai Besar Veteriner bisa melakukan flooring atau semenisasi untuk daerah yang terkena antraks,” tutur Nuryani.

Plt. Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY, Hery Sulistio Hermawan, juga menekankan pentingnya koordinasi antar instansi dalam menangani kasus ini. Menurutnya, seluruh wilayah di DIY harus mengambil langkah tegas dan waspada.

“Berawal dari 2 Februari 2024 terjadi utamanya di Kalinongko Kidul, Gayamharjo, beruntun sampai 7 Maret 2024. Kemudian pada 23 Februari 2024 juga terjadi kasus di Serut. Artinya ada di dua lokasi penyakit antraks. Dua lokasi tersebut saling berdekatan di perbatasan dengan jarak 100-200 meter,” terangnya.

Ia sampaikan telah terjadi kematian dua ekor sapi dan 10 ekor kambing dan saat ini sudah 14 hari sudah tidak ditemukan kasus lagi. Artinya, kematian ternak yang terakhir terkonfirmasi pada 7 Maret 2024.

Update penanganan yaitu telah dilakukan disinfeksi, pengobatan antibiotik, dan vitamin sebanyak 750 ekor terdiri dari 238 sapi dan 519 kambing. Vaksinasi akan dilaksanakan 14 hari setelah ternak diobati. Untuk Klaten yang menjadi daerah terancam, juga telah vaksinasi 242 ekor yaitu terdiri dari 140 sapi, 55 kambing, dan 47 domba,” tukasnya.

Pada acara tersebut, Dirjen PKH Nasrullah juga menyerahkan bantuan Kementerian Pertanian berupa vaksin antraks (2.600 dosis), vitamin (1.500 botol), obat-obatan (600 botol), dan spuit (20.000 set) kepada Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DIY. (INF)

POULTRY IMMUNOLOGY CLASS 2024, KUPAS TUNTAS PENGENDALIAN KOKSIDIOSIS

HIPRA Immunology Class 2024, Kupas Tuntas Koksidiosis
(Sumber : CR)

Koksidiosis merupakan salah satu penyakit yang kerap menghantui sektor budi daya unggas. Baik pada unggas komersil maupun breeding, koksidiosis masih menjadi momok yang menakutkan bagi para stakeholder

Dalam rangka mendalami pengendalian koksidiosis yang efektif, salah satu pelaku utama industri obat hewan yakni PT Hipra Indonesia menyelenggarakan sebuah acara yakni Poultry Immunololgy Class Coccidiosis 2024. Kegiatan tersebut berupa seminar dan workshop yang diselenggarakan di Surabaya pada 5-6 Maret 2024 lalu. Seminar berlangsung di Hotel Alana Surabaya pada (5/3), dan workshop berlangsung di FKH UNAIR pada (6/3).

Subsidiary Business Manager PT Hipra Indonesia, Franky Sihotang dalam sambutannya mengatakan bahwa selain sebagai ajang silaturahmi HIPRA dengan para customer dan calon customer, acara ini juga ditujukan untuk meningkatkan kompetensi customer HIPRA. 

"Kita di sini juga belajar koksidiosis lagi, bagaimana pentingnya mengendalikan parasit ini untuk mencegah kerugian yang lebih besar lagi, dan intinya juga menjadi refreshing ilmu di bangku perkuliahan, kami sangat peduli dengan ini dan selalu konsisten mengadakan event seperti ini," tutur Franky.

Refreshing Ingatan Koksidiosis

Didapuk sebagai salah satu pembicara yakni Prof Lucia Tri Suwanti selaku Guru Besar Departemen Parasitologi FKH UNAIR. Dalam pemaparannya Prof Lucia membuka kembali ingatan para peserta terkait koksidiosis, mulai dari agen penyebabnya, siklus hidupnya, serta prevalensi kejadian koksidiosis. 

Prof Lucia juga tidak lupa menyinggung mengenai berbagai faktor yang dapat meningkatkan kejadian infeksi, dan memperparah kasus koksidiosis pada ayam baik ayam petelur, pedaging, dan breederIa juga menyinggung soal penanganan koksidia menggunakan antibiotik yang dirotasi di peternakan di Indonesia beserta pro dan kontra yang juga menyertainya. Ia merasa vaksinasi terhadap koksidiosis akan lebih efektif dalam mengendalikan agen parasit tersebut.

"Penggunaan antibiotik sebaik apapun perlu diperhatikan, jangan - jangan nanti ada residu di dalam produknya, ujung - ujungnya produsen merugi karena tidak memenuhi syarat untuk ekspor, konsumen juga merugi karena akan mempertinggi kesempatan resistensi antibiotik," kata Prof Lucia.

Bukti bahwa vaksin koksidiosis betul - betul dapat menggantikan 100% antibiotik telah dibuktikan oleh HIPRA, hal tersebut disampaikan oleh Drh Aditya Fuad Risqianto Technical Service Manager PT HIPRA Indonesia. 

Dirinya beserta tim telah melakukan pembuktian di Indonesia sendiri dimana penggunaan vaksin kosidiosis dapat meningkatkan performa, keuntungan, mengurangi dampak resistensi antibiotik atau antikoksidia sehingga mereduksi penggunaan antikoksidiosis maupun koksidiostat sampai nol persen, yang berujung pada peningkatan keamanan manusia dan lingkungan.  


Peserta Juga Melakukan Workshop Nekropsi di Laboratorium
(Sumber : CR)


Evalon® dan Evant® Perlindungan Maksimal Dari Koksidia

HIPRA sendiri memiliki solusi dalam mengendalikan koksidiosis tanpa antibiotik . antikoksidia yakni melalui kedua produk vaksin mereka yakni Evalon® dan Evant®. Evalon® sendiri merupakan generasi pertama vaksin koksidiosis milik HIPRA yang hadir di Indonesia sejak tahun 2019, hal tersebut disampaikan oleh Dr Ong Shyong Wey selaku Regional Technical Marketing Manager, Asia & Oceania HIPRA.

Evalon® sendiri merupakan vaksin live attenuated yang mengandung ookista yang tersporulasi yang didapatkan dengan metode precociousness yang ditujukan untuk proteksi terhadap penyakit koksidiosis pada breeder dan layer.

"Didalam Evalon®  terkandung ookista dari beberapa strain Eimeria yang banyak ditemui pada ayam, yaitu E. acervulina, E. maxima, E. necatrix, E. brunetti dan E. tenella yang sangat penting pada ayam yang dipelihara dalam jangka panjang," tukas Dr Ong.

Sedikit berbeda dengan pendahulunya, Evant® merupakan vaksin live attenuated yang diperuntukkan untuk ayam dengan siklus umur yang lebih pendek, misalnya broiler. Hal tersebut disampaikan oleh Dr Joan Molist Badiola, selaku Global Product Manager Poultry HIPRA.

Meskipun berbeda, kedua produk tersebut kata Joan memiliki suatu kesamaan yakni kedua vaksin tersebut dilengkapi dengan teknologi HIPRAMUNE® T yang berisi tiga komponen utama yaitu colouring agent berwarna ungu muda, beraroma vanilla dan merupakan adjuvant bersifat imunomodulator. 

"Vaksin live yang diatenuasi dengan metode precocious dikombinasikan dengan imunomodulator di dalam HIPRAMUNE® T telah terbukti dapat meningkatkan respon imun seluler. Selain itu, penggunaan vaksin ini semakin efektif karena ditunjang dengan metode vaksinasi dan teknologi yang tepat dan dilakukan manajemen pascavaksinasi sesuai rekomendasi kami," tutur Joan. 

Berdasarkan pemaparan Franky Sihotang, sejak diluncurkan pada tahun 2019 yang lalu, Evalon® telah digunakan sebanyak lebih dari 65 juta dosis di Indonesia. Untuk Evant® sendiri sejak diluncurkan tahun 2021 juga telah digunakan sebanyak 19 juta dosis di Indonesia, hal ini merupakan pencapaian yang bagus.

"Acara ini juga menjadi semacam ajang re-launch Evant®, dimana pada tahun launching-nya, masih dalam keadaan pandemi Covid-19. Kami rasa ini juga sesuatu yang baik. Kami berfokus juga untuk membantu mereduksi penggunaan antibiotik di peternakan, dan keduanya telah berhasil melakukannya," kata Franky.

Selain seminar, peserta juga diajak kembali melakukan workshop melalui praktikum di FKH UNAIR pada (6/3). Di sana peserta melihat dan mengalami secara langsung seperti apa dampak buruk koksidiosis pada saluran pencernaan ayam yang telah diinfeksi dengan koksidia.

Peserta juga dapat menyaksikan langsung seperti apa kinerja vaksin antikoksidia yang baik dapat melindungi serangan koksidia pada ayam yang juga telah diinfeksikan oleh parasit koksidia. (Adv)

ARTIKEL TERPOPULER

BENARKAH AYAM BROILER DISUNTIK HORMON?


Copyright © Majalah Infovet I Majalah Peternakan dan Kesehatan Hewan. All rights reserved.
About | Kontak | Disclaimer